top of page
Writer's pictureP#T

Tak satu pun dari kami yang selingkuh, tetapi kami memiliki orang ketiga abadi dalam hubungan ini

Updated: Jan 3, 2020

Kisah tentang hubungan beracun dengan mantan tunangan saya dapat menjadi tradisi baru "tragedi cinta modern abad ke-21". Ini adalah kisah saya tentang bagaimana saya bisa mengumpulkan keberanian untuk mengakhiri pertunangan saya di bulan Oktober 2019 dan menjadi orang yang selamat dari hubungan yang beracun. Saya berharap kisah saya bisa menyelamatkan diri Anda sebagai korban tanpa memperhatikan jenis kelamin apapun.


OLEH "MR.T" (bukan dari film The-A Team), 30

Diterjemahkan oleh Triska S.

Illustrasi oleh Wai Santy


Bagaimana cara mendefinisikan sebuah hubungan di mana Anda selalu diingatkan betapa tidak tampannya, (saya akui bahwa saya tidak) atau gemuknya Anda (tetapi Anda justru tidak disarankan untuk pergi ke gym)?


Anda akan berpikir bahwa hubungan tersebut adalah hubungan antara perundung (pelaku bullying) dan korban.


Bayangkan jika kata 'perundung' diganti dengan 'pacar'.


Dia adalah mantan pacarku yang juga mantan tunanganku.


Saya berencana untuk menikah dengannya pada musim semi 2020 mendatang.


Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa saya akan berada dalam hubungan tersebut selama dua setengah tahun, kemudian bertunangan selama satu tahun dan akan menikah dengan orang yang secara tidak sadar menarik saya ke dalam keputusasaannya sendiri, di mana kami berdua sama-sama menjadi orang yang tidak memiliki motivasi, jelek, tak terawat, dan berantakan.


Merenung perjalanan saya kembali untuk berbagi cerita ini untuk #PTTMerdeka20 membuat saya ketahui bahwa adanya nama khusus untuk hubungan seperti ini, yaitu "hubungan beracun", dan menjadi pelajaran berharga tentang berpasangan dengan sehat.


Apa Itu Cinta?


Bagaimana perasaan kalian jika lawan jenis mengajakmu kencan duluan?


Ada berbagai jawaban untuk ini, tetapi apakah Anda malu, segan, merasa tidak enak, atau merasa hal ini adalah sesuatu yang menjijikan? Jika jawaban itu datang dari saya, saya akan mengatakan itu merupakan sesuatu yang dibanggakan.


Efek dopamin dari perasaan yang menggelitik "apakah ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan?" dicampur dengan "Apakah aku agak terlalu putus asa dan kesepian?" berlari di kepalaku. Namun, jika seorang wanita mengajakmu berkencan duluan, itu karena dia tidak bisa menahan perasaannya sehingga dia lebih tertarik bagimu daripada kamu padanya pada saat itu.


Tempatkan diri Anda pada posisinya - tentu ini merupakan hal yang luar biasa, bahkan dari perempuan itu sendiri, apalagi saya, karena saya merupakan seorang gamer, kutu buku, dan saya mengakui bahwa sebagai pria pemalu saya adalah orang yang “terlambat tumbuh berkembang” (late-bloomer). Saya tidak pernah memiliki 'kehidupan kencan' sampai saya berusia 25 tahun.


Jangan berpikiran bahwa saya merasa kasihan pada diri sendiri. Saya senang bahwa saya telah melalui proses menemukan diri saya terlebih dahulu mulai dari sekolah menengah hingga di universitas. Saya tahu bahwa saya selalu lebih suka ditinggal sendirian dengan game, komputer, dan teman-teman dekat saya. Saya juga seorang audiophile.


Bisa dikatakan hal-hal tersebut adalah sistem pendukung saya yang membuat saya terus melajang ketika ditemani oleh ketiganya. Saya tahu diri saya bahwa jika saya merasa kehilangan, ini adalah cinta diri saya - saya harus kembali ke dasar saya agar tidak kehilangan arah dalam hidup.

Saya baru mulai mempertimbangkan berkencan ketika sepertiga fase kehidupan mulai muncul: teman-teman mulai menikah. Lingkaran teman saya perlahan-lahan menghilang karena jadwal mereka tidak lagi sebebas ketika mereka belum berkeluarga. Hal ini membuat saya merenungkan kembali tentang hidup saya, apa yang saya inginkan?


Saya sadar bahwa untuk mengukuhkan bisnis saya, maka saya harus puas dulu dengan diri saya sendiri. Salah satu cara untuk dapat merasa bangga terhadap diri saya sendiri adalah dengan menemukan pasangan. Saya tahu bahwa saya ingin memiliki keluarga sendiri, untuk menjalani proses pertumbuhan diri saya menjadi orang dewasa secara penuh. Jika saya cukup bertanggung jawab untuk memiliki keluarga, maka pikiran saya untuk bisnis menjadi lebih stabil juga.

Dan tentu saja, seperti semua orang Indonesia lainnya, sering kali saya mendapatkan desakan dari orang tua saya yang mengatakan, “Nak, kamu pasti tidak ingin sendirian selamanya seperti sekarang, carilah satu saja [pasangan, -red]”.


Baiklah, pikir saya. Saya perlu menempatkan diri saya di luar sana untuk mencari 'pasangan jiwa’ saya'.


Apakah ini Cinta?


Saya terkejut ketika seorang perempuan mengajak seseorang seperti saya berkencan.


Ketika saya tidak mengharapkannya sama sekali, saya justru memulai hubungan jarak jauh – Hal ini bermula ketika saya memutuskan untuk menghapus akun OKCupid saya. Pada hari saya memutuskan untuk menonaktifkan akun saya, seorang perempuan mengirim pesan kepada saya di sana.


Profilnya menyatakan bahwa dia berasal dari Singapura.


Saya memang merasa profilnya aneh, mengapa dia, seorang warga Singapura, menuliskan lokasinya di Jakarta? Kecuali ... jika dia memang terbuka dengan ide untuk pindah ke sini, ya kan?

Ya, saya memang mencari hubungan yang serius. Oleh karena itu saya memikirkan hubungan jangka panjang. Saya ingin menyanggah teori bodoh yang beranggapan bahwa semua pria senang mempermainkan wanita - tidak benar! Saya, mewakili pria-pria lainnya, kami tidak seperti itu. Kesempatan kami untuk serius mencari pasangan terkadang ikut rusak oleh pria-pria bajingan (fuckboys).

Tanpa berpikir panjang, saya mengambil inisiatif untuk memulai obrolan. Dia benar-benar menarik minat saya; dia benar-benar unik. Dia bisa berbahasa Mandarin dengan sangat baik, dan juga dialek-dialek Tionghoa lainnya - ini juga merupakan suatu nilai tambah bagi orang tua saya. Saya sangat terkesan karena saya menginginkan pasangan hidup yang cerdas dan punya pemikirannya sendiri. Selain itu, wajahnya juga cukup menarik.


Perempuan Singapura sebaya dengan saya ini tegas. Pada minggu pertama kami melakukan panggilan video dan pesan teks bahkan tidak pernah bertemu muka, dia berinisiatif untuk menjadi lebih stabil, dan saya sangat senang dia memulai


Apakah Mencintai Berarti Menerima Semuanya?


Pertemuan pertama kami di kehidupan nyata cukup menyenangkan. Di pertemuan ini pula saya pertama kali menjumpai dirinya secara fisiknya, dan saya akui memang tidak semenarik seperti yang pertama kali saya rasakan [ketika melihat fotonya -red].


Enam minggu kemudian, pertemuan kedua saya juga berjalan dengan baik, meskipun tanda-tanda kejanggalan kecil ada di kepala saya. Saya secara sadar memilih untuk mengabaikannya. Sebagai Mr. Nice Guy, tidak ada yang sempurna. Saya fokus pada aspek-aspek yang baik tentangnya.


Sebuah titik pencapaian bagi saya adalah ketika dia mengundang saya untuk pergi ke rumahnya untuk beristirahat sebentar sebelum pergi ke bandara dan saya menyetujuinya. Saya bertemu keluarganya - artinya dia juga serius dalam hubungan ini karena memperkenalkan keluarga berarti selangkah lebih dekat dalam memasuki dunia seseorang.


Dia bukan tipikal orang Singapura yang hidup di HDB [Perumahan umum Singapura - red], dia berasal dari keluarga yang jauh lebih berada. Keluarganya memiliki rumah besar dengan taman besar. Ayahnya memiliki Mercedes kelas atas. Kakaknya adalah salah satu siswa terbaik di universitas yang paling bergengsi di Singapura, dan Ibunya mengelola toko emas milik keluarga besar mereka. Keluarga mereka memiliki beberapa properti di Singapura dan sebidang tanah besar di Johor Bahru. Sungguh mengejutkan bahwa mereka sangat sederhana dan rendah hati. Saya meninggalkan Singapura dengan kesan yang baik dan hati yang hangat.


Sayangnya, idiom “the third time is a charm” ada karena suatu alasan.


Pacar saya memberi tahu saya bahwa dia didiagnosa memiliki Borderline Personality Disorder (BPD) dan bulimia. Dia melakukan pemeriksaan rutin dengan psikiaternya. Kondisi ini terjadi akibat intimidasi dan siksaan mental dari mantan-mantan dan teman-temannya.

Saya, sebagai "Mr. Nice Guy” merasa bahwa dia bisa diselamatkan dan diubah menjadi lebih baik. Sebagai manusia, saya percaya bahwa setiap orang pantas dicintai, meskipun Anda memang memiliki kelainan atau cacat tubuh atau 'cacat' lainnya - Anda masih manusia.

Turut mendukung pemikiran saya tersebut, ayahnya masuk dalam hubungan kami, dan menambahkan bahwa saya harus bersabar dengan diagnosa tersebut dan percaya bahwa dia akan berubah.



“A Vicious Cycle of Nightmares”*

Gejalanya mulai memburuk ketika saya bertemu dengannya untuk keempat kalinya di Singapura.


BPDnya meluap, dia mengalami delusi serius. Beberapa gejalanya adalah dia tidak merawat diri sendiri, tidak melakukan perawatan kulit dan rutinitas olahraga atau memiliki kehidupan sosial, dan memilih untuk hidup di dunia khayalan yang dia ciptakan; saya mengalami dampak negatifnya ketika dia dengan santainya mengatakan bahwa laki-laki lain ingin tidur dengannya dan dia dapat dengan mudah menemukan pengganti saya.


Meskipun dia sedang delusi, tentu saya merasa sangat tersinggung.


Selama hal itu terjadi, ayahnya membujuk saya untuk tidak meninggalkannya. Ayahnya mengulang-ulang perkataan:

"Dia bisa diselamatkan, dia bisa dan akan menjadi orang yang berubah";

"Ini hanyalah suatu fase";

"Dia sedang stres dengan studinya jadi tolong cobalah untuk menenangkannya dan lebih mencintainya";

"Ini bukan hal yang permanen, kamu harus bersabar dan memenuhi kebutuhannya".

Merenung akan kejadian ini, mungkin, pada titik inilah manipulasi dimulai.


Ayahnya cerdas, diplomatis, dan lihai. Dia adalah seorang yang berkarakter kuat; dia sangat protektif terhadap kedua putrinya, dia memiliki keahlian dalam berkata-kata. Saya tidak pernah berpikir bahwa hidup saya akan sangat terkait dengan dirinya.


Setiap kali saya mengajak putus, mantan saya akan membuat ayahnya menghadapi saya, lalu mengingatkan bahwa saya yang harus menerima bahwa semua gangguannya merupakan masalah saya juga. Tentu sekali berpasangan itu memang harus memikul suka dan duka dari pasangan itu. Namun, apakah harus pacarnya yang menanggung semua ini?



Saya tahu bahwa putus dengannya akan memberikan kebebasan yang sangat saya dambakan, tetapi saya sudah kehilangan kepercayaan diri, karena dia perlahan-lahan merusak harga diri saya dengan menyakiti saya dengan mengatakan saya tidak berharga; saya akan menjadi pria yang kesepian dan putus asa jika saya meninggalkannya.


Seolah-olah dia telah menanam kacang ajaib (beanstalk) [Jack dan kacang ajaib -red] yang memberikan ketakutan tidak rasional bahwa saya akan selamanya sendirian. Kacang ajaib (beanstalk) itu terlalu tinggi untuk saya daki, bahkan tidak berani untuk memulai. Saya merasa tidak berdaya ketika melihatnya tumbuh dalam konflik-konflik pemikiran saya.

Sementara itu, si pengawas mencermati hubungan kami dan semakin puas sebagaimana hubungan kami berkembang. Firasat saya mengatakan bahwa inilah alasan baginya untuk memulai percakapan "Mengapa kita tidak menentukan tanggal untuk kalian berdua?" agar membuat saya terlibat untuk seumur hidup. Karena mungkin dia berpikir "orang ini bisa menangani anak perempuan saya dan selama ini tidak melarikan diri".


Pada akhirnya, saya bertunangan pada bukan Oktober 2018.


“The Turned-Off Exit Light, Get Away From Me Now”*


Anda mungkin berpikir aneh bahwa lamaran itu sama kasualnya dengan menyetujui kencan, mendapat cincin dari toko emas ibunya, dan tidak memiliki perayaan resmi – hal itu hanya dilakukan di rumah tanpa mengambil foto sama sekali.


Saya tidak melakukan lamaran dengan berlutut atau hal apapun yang romantis untuk dipersiapkan atau dipikirkan. Ibu saya mengungkapkan keraguannya karena dia merasa ada keanehan dalam tidak adanya foto pertunangan kami. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa pertunangan ini tidak memiliki mase depan yang cerah. Saya, entah bagaimana, mengenyahkan firasat ini.


Pada bulan Desember 2018, dia datang ke Jakarta dan bertemu dengan keluarga besar dan teman-teman saya, yang sekarang diperkenalkan sebagai tunangan saya. Semua orang memuji dia. Sebagai tunangannya, saya merasa sangat bangga - Namun, jauh di lubuk hati, saya tahu pada kenyataannya bahwa semua itu adalah kepalsuannya untuk mendapatkan kesan baik dari publik.

Pada April 2019, saya tidak berpikir saya bisa mendapatkan jawaban logis darinya.


Mari kita perjelas masalahnya: Bukankah semua orang ingin menjadi yang terbaik sebagai calon pengantin? Kami berdebat tentang bagaimana dia menolak untuk mengurus dirinya sendiri, menjadi malas dan puas diri dan membuat alasan bahwa di dekat tanggal pernikahan dia akan berubah dan menjadi pengantin yang cantik.


Akhirnya saya sadar: orang ini tidak akan menghormati kata-katanya begitu kami terikat bersama. Beberapa kunjungan terakhir yang dilakukannya ke Indonesia membuktikan kecurigaan saya benar.

Jika ini adalah saat Anda menunggu saya untuk memberitahunya bahwa saya ingin menyerah dalam hubungan ini, saya melakukannya.


Atau, saya benar-benar mencoba tetapi tidak berhasil, karena hal pertama yang dia lakukan adalah memanggil ayahnya dan membuatnya menghadapiku. Menjawabnya dengan muka datar (poker face) terlatih, saya menyimpan amarah di dalam hati saya. Ini adalah situasi yang berulang, lagi, lagi dan lagi.


Persiapan pernikahan pun terjadi.


Dia memutuskan untuk memilih pesta perjamuan pribadi untuk pernikahan di Singapura, dan menyuruh saya untuk mulai mempersiapkan pernikahan di Indonesia.


Hanya pada hari itu di bulan Oktober 2019, saya ingat dengan jelas hari gunung berapi saya meletus: itu adalah hari yang panas di Jakarta; sangat panas sehingga saya sakit kepala. Selain itu, orang tua saya mencari saya untuk menyampaikan pertanyaan ke dalam kepala saya yang sebenarnya saya sudah sejak lama saya butuhkan.


Ibuku memulai dengan, "Nak, apa kamu yakin ingin bersama [nama mantan]?"

"Ya, saya yakin."

"Apakah kamu yakin?"

"Ya, ibu."

"Apakah kamu benar-benar yakin? Selama ini saya belum pernah melihat kamu benar-benar bahagia, kamu hanya terlihat ... berbeda. "


Ibu mengulangi hal ini seperti palu yang memukul paku, di mana saya masih berdiri dengan paku saya yang tajam dan tinggi. Titik balik terjadi ketika ayah saya menanyakan hal yang sama. Namun, kali ini kata-kata itu datang dari dia: "Apakah kamu benar-benar yakin kamu ingin bersama [nama mantan]?"


Otak saya pada akhirnya berhenti. Saya mulai berpikir.

"Nak, Ayah tahu kamu tidak bahagia. Apakah kamu yakin bahwa kamu yakin? Ayah akan dengan jujur ​​mengatakan kepada kamu bahwa jika kamu memang memiliki pasangan hidup, kamu tidak hanya memilikinya untuk masalah spiritual dan emosional, tetapi juga untuk bergembira, menikmati, dan mencintai pasangan kamu dalam bentuk fisiknya. Nak, jika dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana kamu bisa terus mencintainya seperti itu?"

Dan kemudian saya tersadar: otak saya mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran kepada orang yang bisa saya percaya dan yang mendukung saya.


Saya mengatakan kepada mereka kebenaran tentang segalanya.

Saya memberi tahu mereka bahwa saya ingin mengakhiri lingkaran kejam ini.

Kedua orang tua saya sangat meyakinkan saya bahwa ini adalah keputusan terbaik.


 

Keesokan harinya, saya menghampiri ayah saya dan berkata, "Mari kita akhiri hubungan ini secepatnya. Saya tidak ingin hubungan ini berlanjut ... Ayah, bisakah ayah mendampingiku? Maksudku, duduk di dekatku, aku yang akan mengakhirinya. "


Ayah saya terkejut dengan inisiatif langsung saya, dan menambahkan betapa bangganya dia bahwa saya telah mengumpulkan keberanian saya untuk membuat keputusan secepat ini. Dia mendukungku; dia duduk di hadapanku sementara aku menunggu panggilan yang aki tahu akan menjadi respon dari pesan perpisahan yang aku kirimkan.


Dalam 15 menit, panggilan video masuk dari Singapura dan tentu saja, di sanalah dia, wajah Si Pengawas - tolong, ingatkan saya, siapa yang saya kencani?


Dia mencoba dengan sangat lihat bermain dengan pikiran dan emosi saya, tetapi saya bisa melihat topengnya terlepas. Saya bisa melihat dan mendengar suara putus asa. Dia tahu bahwa putrinya tidak akan bertemu dengan orang lain yang bisa memahaminya selama ini.


Ketika si pengawas akhirnya memberikan telepon kepada anaknya, saya melihat mantan tunangan saya menangis. Bersamaan dengan itu, panggilan video kami menjadi tidak stabil, itu adalah tanda untuk mengakhirinya - “Temukan pria yang lebih baik untuk dirimu” adalah kata-kata terakhir yang kukatakan padanya.


Itu terakhir kali aku melihat wajahnya.



Tidak, ya berarti Tidak


Kita tidak dilahirkan di dunia ini untuk menderita bagi seseorang yang terlalu egois untuk berempati dengan kita - ada ahli profesional yang dilatih untuk mengatasi hal ini.


Suatu hubungan membutuhkan dua orang untuk berdansa dimana masalah harus diselesaikan secara bersama-sama, tidak dengan orang ketiga, keluarga, sepupu, teman, bahkan mungkin orang asing (Itu biasa terjadi dengan aplikasi anonim seperti 'Whisper').


Masalah akan selalu muncul. Cinta adalah kata kerja yang harus Anda kerjakan bersama. Dan sangat bagus jika Anda memiliki masalah untuk dikerjakan bersama. Sangat sehat untuk menerima tantangan untuk mengatasinya, bersama-sama. Lakukan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dan hubungan pribadi secara terpisah.


Mungkin semua ini terjadi karena saya tidak berpengalaman dalam berkencan dan baru saja berada di dunia perkencanan, karena hanya setelah saya mengakhiri hubungan saya, saya menyadari bahwa kami tidak pernah ‘berdua bersama’. Kami selalu memiliki orang ketiga abadi, yaitu ayahnya.

Dia adalah pengawas, dan aku adalah tawanannya agar putrinya yang tidak stabil secara mental selalu ditemani.


Tiga pilar saya telah menjadi pojok kenyamanan untuk berlindung selama hubungan saya. Jika saya tidak memiliki akses ke sana, mungkin ada dua pilihan: saya akan keluar dari hubungan beracun ini lebih cepat karena saya tidak memiliki akses ke 'cinta' saya tersebut, atau saya akan sesak nafas untuk selamanya.

Dalam masalah hubungan dan kesehatan mental, tidak ada yang dapat disalahkan, apakah diagnosa BPDnya, atau ayahnya yang terlalu protektif. Akan selalu ada dalang mental yang memberi Anda sebuah tugas, dan satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan hati nurani Anda sendiri untuk menyelamatkan Anda dari panggung yang telah diatur untuk Anda dan mendapatkan kendali diri anda sendiri.

 “Apakah saya senang dengan hubungan ini?” Adalah pertanyaan yang harus terus Anda tanyakan pada diri sendiri pada tahap apa pun dalam hubungan Anda.


Jika jawaban dalam hati Anda adalah “tidak”, maka Anda sebaiknya harus berhenti. Bahkan jika itu adalah bisikan terkecil dari 'tidak'. Anda harus mulai menghargai perasaan Anda sendiri.

 

Footnotes:

*) The subtitle has been taken from Artist: EXO, Song Title: Obsession, released on 27 November 2019

“Thousand nights, I repeated so many times

A vicious cycle of nightmares, I’ll end it now

The turned-off exit light

Get away from me now

Blacken my heart… staining my soul”

 

Cerita ini adalah bagian dari seri cerita #PTTMerdeka20 untuk meluncurkan kampanye Pria Tagar Tegar, #DontLoveMeForFunGirl.


Punya ceritamu yang pribadi untuk membantu dan menginspirasi para pembaca untuk segera tegarkan diri? Kirim kesini.


Bagi pria yang memerlukan bantuan untuk menegarkan diri, daftar Waktu Indonesia Curhat disini.

445 views0 comments

コメント


bottom of page